Tugas TOU 2
Minggu ke 3 – Sosok Seorang Pemimpin
Nama
Muhammad Arief Hidayat
NPM
14112304
Kelas
2KA19
BIOGRAFI Napoleon
Bonaparte
Dia berhasil memimpin tentaranya memenangkan beberapa peperangan. Pada tahun 1802, rakyat Perancis memilihnya sebagai Konsul. Dua tahun kemudian, rakyat Perancis menobatkan Napoleon sebagai Kaisar Perancis. Napoleon sangat berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaannya sehingga selama 11 tahun bertahta, nyaris tiada bulan tanpa perang.
Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon,Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.
Ketika itu, hampir semua negara di Eropa menjadi jajahan ataupun sekutu Perancis. Pada tahun 1812, pasukan Perancis mengalami kekalahan besar dari Rusia. Semenjak itu kekuatan Perancis semakin melemah. Tidaklah mengherankan jika Perancis kembali kalah melawan pasukan gabungan Rusia, Inggris, dan Austria pada tahun 1814. Selepas kekalahan yang menyakitkan itu, Napoleon digulingkan dari kekuasaannya dan dibuang ke pulau Elba. Namun Napoleon berhasil melarikan diri dari Pulau Elba dan kembali ke Perancis untuk merebut kekuasaan. Setelah 100 hari berkuasa, Napoleon kembali digulingkan setelah dikalahkan Inggris dalam perang di Waterloo. Dia pun ditawan Inggris dan dibuang ke pulau Santa Helena.
Setelah selama enam tahun menjalani hidup di tempat pengasingan, Napoleon akhirnya meninggal dunia. Awalnya, kematian Napoleon dianggap kematian yang wajar. Menurut hasil otopsi yang dipimpin oleh dokter Francesco Antommarchi, Napoleon meninggal karena penyakit gangguan sistem pencernaan yang dideritanya. Lambungnya mengalami kerusakan yang luar biasa. Penyakit ini sama dengan penyebab kematian ayah Napoleon.
Masa-Masa Dia Menjadi
Sosok Seorang Pemimpin
Siapa yang tak mengenal Napoleon Bonaparte, tokoh
yang begitu populer dalam sejarah sehingga oleh Mikchael Hart dicantumkan
sebagai urutan ke-34 dari Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh di Dunia.
Setelah ratusan tahun lamanya Perancis dipimpin oleh raja-raja, Napoleon
Bonaparte merupakan pemimpin Perancis pertama yang bergelar Kaisar (the emperor
of French), ia memerintah pada tahun 1804-1814 dan 1815.
Begitu banyak buku yang ditulis menceritakan
berbagai sisi hidup sang Kaisar, bahkan salah satu buku ditulis berdasarkan
pandangan istrinya, Josephine. Beberapa buku secara kontraversial juga menulis
tentang Napoleon sebagai seorang Muallaf, seperti yang dipaparkan David M.
Pidcock dalam sebuah bukunya yang mengutip kembali berita sebuah surat kabar
resmi Perancis, Le Moniteur, yang menyebut tentang keislaman Napoleon pada 2
Juli 1798. Terjadi hampir 23 tahun sebelum meninggal dunianya pada 1821, serta
buku yang ditulis oleh C. Cherfils, 'Napoleon and Islam', yang memaparkan
sejumlah bukti keislaman Napoleon, baik dari produk hukum yang dihasilkannya
maupun dari berbagai tulisan-tulisan dan ungkapan-ungkapannya di depan publik.
Salah satu buku yang secara detil menceritakan
biografi politik Napoleon adalah yang di tulis oleh Felix Markham, yang ditulis
pada tahun 1960-an berjudul "Napoleon", yang di Indonesia baru
beredar pada tahun 2009 dengan judul "Napoleon: Sang Manusia Hebat
Pencipta Sejarah."
Buku, yang dalam versi Indonesia setebal 455
halaman ini, menceritakan secara detil kehidupan dan perkembangan karir militer
dan politik seorang kopral kecil atau "Le petit caporal", hingga
menjadi satu-satunya kaisar Prancis, yang wilayah kekuasaannya pernah hampir
menguasai seluruh Eropa bahkan mencakup Asia Barat, termasuk Mesir dan
Palestina.
Napoleon lahir dari keluarga petani anggur di
Ajaccio (Aiacciu) atau disebut Ajax dalam bahasa Latin di Pulau Corsica yang
terletak di bagian tenggara Prancis pada 15 Agustus 1769. Pulau Corsica berada
di bawah jajahan Prancis yang merupakan pulau keempat terbesar setelah Pulau
Sicily, Sardinia dan Cyprus di Laut Mediterranean. Waktu masih bayi ia sering
sakit-sakitan karena ketika menjelang kelahiran ibunya tinggal di pegunungan
sebagai seorang pengungsi.
Ayah Napoleon, Carlo Buonoparte, adalah salah satu
letnan pengikut Paoli dalam perang gerilya melawan Prancis. Ia dibaptis dengan
nama saudara sepupunya yang gugur dalam peperangan tersebut. Verifikasi esmi
tentang garis keturunannya menunjukkan bahwa Carlo, ayah Napoleon, berasal dari
Fiorentine, Italia, yang bisa ditelusuri hingga abad kesebelas dan kemudian
menjadi warga Corsica sejak dua ratus tahun sebelumnya. Ibunda Napoleon, Marie
Letizia Ramolino, adalah anak seorang insinyur sipil. Menikah di usia 14 tahun
Letizia melahirkan 13 anak, meski hanya 8 yang bertahan hidup hingga dewasa,
yaitu Joseph, Napoleon, Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline dan Jarome.
Ketika sekolah ia sering menjadi olokan
teman-temannya karena logat bahasanya yang berbeda dengan kebanyakan
teman-temannya. Ia seorang penyendiri, jago matematika dan gemar membaca (kutu
buku). Seorang gurunya bahkan mengakui kemampuan matematika Napoleon kecil yang
jauh melebihi teman-temannya.
Kopral Kecil ("Le petit caporal"),
demikian julukannya karena bertubuh pendek dibanding rata-rata orang Eropa yang
mengawali karir militer dengan menjadi perwira artileri. Ia kemudian berhasil
memadamkan pemberontakan terhadap Konvensi Nasional di Paris pada tahun 1795.
Dalam penaklukan Italia dari 1796 hingga 1797, Napoleon mengalahkan pasukan
Austria yang saat itu menguasai sebagian Italia. Akan tetapi, upaya menaklukkan
Mesir kandas setelah armadanya dilumpuhkan oleh armada Inggris di bawah
Laksamana Nelson pada 1798. Walau begitu, di mata rakyat Prancis, Napoleon
adalah pahlawan dan diharapkan mengembalikan kejayaan negaranya yang memudar
akibat ketamakan Raja Louis XIV dengan semboyannya: "L`Etat Cest Moi"
atau "Negara adalah Saya".
Setelah dukungan rakyat dan prajurit berada di
genggaman tangan, Napoleon pun menggulingkan pemerintah Prancis pada 1799.
Napoleon menjadi Konsul Pertama dan mengangkat dirinya sebagai kaisar.
Sedangkan jasa yang terbesar bagi negaranya adalah kodifikasi hukum yang
dikenal sebagai Code Napoleon yang hingga kini masih menjadi dasar hukum
Prancis.
Peperangan demi peperangan dimenangkan Napoleon
dengan gemilang pada rentang 1800 hingga 1808. Dengan enteng pula Napoleon
menentukan batas-batas negara yang tentunya menguntungkan pihak Prancis.
Kegemilangan Napoleon memang tak terlepas dari sejumlah strategi jitu yang
diterapkan. Taktik perang Napoleon bertumpukan ajaran perang klasik Sun Tzu.
Satu di antara taktik jitu Napoleon adalah membiarkan ratusan prajuritnya di
garis terdepan mati di ujung meriam pasukan musuh. Sedangkan ribuan tentara
Napoleon lainnya berlindung di tubuh pasukan yang mati tadi.
Sukses Napoleon di medan perang jelas mengangkat
Prancis menjadi kekuatan utama di Eropa, sekalipun penyerbuannya ke Rusia pada
1812 mengalami kegagalan. Namun, dua tahun kemudian, arus balik menghantam
Napoleon. Ia beserta pasukannya mulai menderita kekalahan demi kekalahan.
Napoleon akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Pulau Elba, bagian barat Samudra
Pasifik.
Akan tetapi, Napoleon dengan bantuan sejumlah
pendukung setianya berhasil melarikan diri. Berita lolosnya Sang Kaisar,
membuat ribuan prajurit Napoleon yang setia kembali menyiapkan senjata. Mereka
pun menyambut gembira kedatangan Napoleon di Prancis. Tak lama kemudian,
Napoleon kembali menabuh genderang perang dan maju ke medan laga melawan
pasukan koalisi pimpinan Inggris dan Austria.
Di medan laga, pasukan Napoleon hampir memenangkan
pertempuran. Sayang, tentara Napoleon kekurangan perbekalan makanan. Padahal,
serdadu koalisi pimpinan Duke of Wellington, bangsawan Inggris, sudah putus asa
menghadapi kegigihan tentara Napoleon. Dan, Napoleon kembali kalah!
Sebagai hukuman, Napoleon dihilangkan hak
menetapnya di Perancis. Dia dibuang ke Pulau Saint Helena yang terletak di
bagian timur Afrika. Ribuan prajurit maupun rakyat Prancis pun bercucuran air
mata ketika menyaksikan Napoleon dikapalkan untuk dibuang ke pulau tersebut.
Sebagai seorang yang berasal dari keluarga dan
daerah yang miskin, Napoleon tak pernah malu mengakuinya. Hal ini tercermin
ketika menjabat sebagai kaisar, salah satu perwiranya mempersoalkan
keputusannya mengangkat para anggota the ancienne noblesse, ia berkata,
"Apakah saya seorang keturunan bangsawan? Saya adalah seorang keturunan
Corsica yang miskin." Hingga akhir hayatnya ia tetap menjaga kesetiaan dan
kode etik keluarga yang menjad ciri khas karakter orang Corsica.
Napoleon tak pernah menafikan peran ibunya dalam
ikut membesarkan dan menggemblng karakternya. Dalam salah satu acara di ST
Helena menceritakan, "Ibu mengasuhku dengan baik. Aku sangat berhutang
budi kepada beliau yang telah menanamkan kebanggaan dan mengajariku kebaikan."
Ia dengan kagum dan dongkol juga menceritaka bagaimana ibunya memukulinya jika
ia mengejek neneknya.
Kaisar Perancis yang sempat menikmati masa-masa
kejayaan dengan menguasai hampir seluruh daratan Eropa itu dikucilkan di pulau
terpencil di Samudera Atlantik bagian selatan. Enam tahun kemudian, Bonaparte
menghembuskan napas terakhirnya di usia 52 tahun.
Sebagai seorang pemikir yang brilian, Napoleon
mengaku memiliki teoi-teori yang amat penting mengenai seni memerintah, yang
cukup sering ia tularkan ke saudara-saudaranya penguasaan mutlak, pengawasan
terus-menerus, dan menebarkan ketakutan, "Baik di luar maupun di dalam
istana, satu-satunya cara memerintah ialah dengan menebarkan rasa takut,"
katanya. Kepada sekretarisnya, Fain, Napoleon menjelaskan bahwa kemarahannya
sering kali adalah sesuatu yang sudah dperhitungkan untuk menebarkan rasa
takut, "Jika tidak mereka akan menemuiku untuk menggigitku,"
ungkapnya.
Kekuatan karakter dengan menebarkan rasa takut
untuk ketaatan memang menjadi karakter politik Napoleon, yang membuatnya mampu
membangun kesetiaan dari para pendukungnya dan sebaliknya membuat 'keder'
musuh-musuhnya. Tak henti-hentinya ia mengingatkan orang-orang terdekatnya
untuk menggunakan metode ini dalam mencapai suatu kekuasaan mutlak. Kepada
adiknya Louis, yang menjadi Raja Holland, ia menjelaskan, "Seorang
penguasa yang dianggap baik di tahun pertama kekuasaannya adalah seorang
pangeran yang dicaci maki di tahun kedua kekuasaannya. Dalam hal ini, mungkin
ia sepakat dengan Thomas Hobbes, penulis buku Leviathan, bahwa
"Kedermawanan sanga jarang ditemukan beriringan, terutama bagi para
pemburu kekayaan, kekuasaan, dan seks yang merupakan porsi terbesar hasrat
manusia. Hasratnya digantungkan pada ketakutan."
Napoleon, sebagaimana dijelaskan buku ini, dikenal
memiliki disiplin yang tinggi, di samping keberanian dan kedekatannya dengan
seluruh pasukannya. Inspeksi yang dlakukan secara rutin dan kehadirannya di
medan pertempuran membuat Napoleon mampu mencapai kontak personal yang luar biasa
dengan seluruh pasukannya, khususnya dengan pasukan gardanya. Duke of
Wellington, bangsawan Inggris musuh bebuyutan Napoleon, menghitung efek moral
kehadiran Naopelon bersama pasukan gardanya setara dengan 40 ribu pasukan.
Dalam pertempuran Essling pafa 1809, pasukan garda menolak bertempur, kecuali
sang Kaisar memiliki posisi yang aman. Ini menunjukkan kecintaan besar para
pasukannya pada sosok kontraversial ini. Contoh paling gamblang pengaruh
Napoleon di kalangan para serdadunya adalah ketika ia hengkang dari Elba pada
1815. Sewaktu berjalan endiri menuju batalion yang dikirim untuk menangkap atau
malah membunuhnya. Napoleon berteriak, "Bunuh saja kaisarmu, jika itu yang
memang kalian inginkan." Dan tak satu pun yang berani menyentuhnya, apalagi
menembaknya, bahkan mereka berpencar mengelilingi dan menyanjungnya.
Membaca buku yang bercerita dengan gaya novel
secara menarik ini memberi sebuah pencerahan baru, dan bisa menjadi rujukan
yang berarti dalam dunia politik, bagaimana kemunculan seorang elit dan bahkan
menjadi tokoh besar sepanjang masa, yang ditakuti sekaligus dihormati oleh
kawan dan lawan-lawannya bukan semata merupakan produk dari kebangsawanan,
keturunan, kekayaan dan kekuatan secara fisik belaka. Sebagaimana ditulis dalam
buku ini, nenek moyang Napoleon adalah keturunan Italia yang kemudian
berimigrasi ke Corsica, yang kemudian menjadi jajahan Prancis. Ayahnya bahkan
pernah menjadi bagian dari pasukan yang melawan kekuasaan Prancis, negara yang
kemudian dipimpinnya. Keluarganya hidup dari hasil pertanian dari daerah
Corsica yang tidak begitu diperhitungkan secara politik di Prancis. Ia juga
memiliki postur tubuh yang kecil, sehingga dijuluki Kopral Kecil dan di masa
kecilnya sering sakit-sakitan karena harus hidup di pengungsian. Masa kecilnya lebih
banyak dihabiskan dengan membaca, yang terus berlanjut hingga menjadi kaisar,
sehingga kemana pun ia berada setumpuk buku akan selalu menyertainya. Secara
tipikal ia tidak termasuk dalam sosok yang patut menjadi seorang pemimpin.
Kelebihan utama yang kemudian menjadi modal bagi
kesuksesan kariernya adalah kecerdasan, kecerdikan, keberanian, kenekatan,
integritas dan kemampuannya untuk memahami karakter orang lain. Dengan
pemahaman inilah ia kemudian menyadari bahwa salah satu cara dalam menguasai orang
lain, khususnya musuh-musuhnya, adalah dengan menebarkan rasa takut. Dengan
rasa takut inilah ia mampu mengatur ritme kekuasaannya dan menebarkan
ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikirannya ke seantero Eropa. Gaya hidup yang
sederhana juga bisa menjadi model kepemimpinan yang patut diteladani dari diri
seorang Napoleon. Ia dikenal sangat sederhana dalam hal penampilan dan gaya
hidup, sangat kontras dengan kehidupan bangsawan pada zamannya.
SUMBER :
http://profil.merdeka.com/mancanegara/n/napoleon-bonaparte/ (MINGGU. 1 JUNI 2014 ; 02:03 PM)
http://www.ispei.org/index.php/sejarah/22-napoleon-bonaparte-si-kopral-kecil-kutu-buku-penguasa-eropa (MINGGU. 1 JUNI 2014 ; 02:15 PM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar